PENGAWASAN MUTU NOODLE
Proses produksi
“Migelas” terdiri dari beberapa tahap, yaitu pembuatan larutan alkali, mixing, pressing, slitting, steaming, cutting, frying, cooling, packing, dan cartoning.
Pembuatan larutan alkali
↓
Mixing
↓
Pressing
↓
Slitting
↓
Steaming
↓
Cutting
↓
Frying
↓
Cooling
↓
Packing
↓
Finish Good
1.
Pembuatan larutan alkali
Larutan alkali merupakan campuran
dari beberapa bahan seperti air alkali, CMC, garam, dam emulisifier. Sebelum
dimasukkan ke dalam tangki alkali, bahan pembuat larutan alkali harus ditimbang
terlebih dahulu sesuai standar PT Dellifood Sentosa Corpindo. Setelah dilakukan
penimbangan, semua bahan tersebut dimasukkan ke dalam bak
pengaduk dan didalam bak
pengaduk semua bahan
tersebut akan diaduk rata sehingga menjadi homogen. Setelah itu, larutan alkali
dibawa menuju tangki alkali dan didalam tangki alkali larutan alkali juga
mengalami pengadukan. Pengadukan didalam tangki alkali selama 30 menit,
kemudian larutan alkali dipindahkan kedalam tangki pendingin yang memiliki chiller agar mempertahankan suhu larutan
agar berada di suhu max. 19oC. Standar pH untuk larutan alkali
adalah 9,5-12. Satu kali pengadukan dalam tangki alkali dapat digunakan untuk
30 batch. Beberapa permasalahan yang mungkin terjadi dalam pembutan larutan
alkali adalah timbangan berat formula tidak sesuai dengan standar, produk
terkontaminasi, kemasan produk rusak atau sobek, hasil adukan alkali tidak homogen,
dan suhu larutan alkali tidak standar (max. 19oC).
2. Mixing
Mixing adalah proses pembuatan
adonan dengan mencampurkan larutan alkali dengan tepung tapioka dan tepung
terigu. Tepung terigu yang digunakan ada 2 jenis yaitu terigu medium terigu
soft. Tepung yang akan dicampur dengan laturan alkali akan diayak terlebih
dahulu dengan menggunakan alat yang bernama shifter dengan ukuran 40 mesh.
Shifter harus dicek setiap akhir shift untuk mengetahui keutuhan dari shifter
tersebut. Proses mixing dilakukan selama 20 menit. Adonan yang sudah dimixing
akan ditampung didalam feeder. Standar
moisture content pada adonan adalah
29-34%. Permasalahan yang mungkin terajadi dalam proses mixing adalah adonan
tidak homogen dan adonan kering.
3. Pressing
Adonan yang berada di feeder kemudian diubah menjadi bentuk lembaran menggunakan roll press. Proses ini berfungsi untuk menghasilkan lembaran yang
lembut dan elastis. Ketebalan adonan
berkisar 0,73-0,75 mm untuk produk “Migelas”. Untuk mencapai ketebalan tersebut, ketebalan adonan
dicek dengan menggunakan alat thickness guard.
Permasalahan yang mungkin terjadi adalah ketebalan adonan tidak sesuai dengan
standar, terjadi keretakan pada adonan, dan lembaran yang dihasilkan terdapat
lubang-lubang kecil. Untuk menanggulangi masalah tersebut maka diperlukan
pengaturan ulang terhadap kerenggangan rol
press agar dapat menghasilkan adonan yang sesuai dengan standar PT
Dellifood Sentosa Corpindo.
.4. Slitting
Slitter merupakan alat yang digunakan untuk membuat
untaian sehingga menjadi bentuk mie. Pada proses ini, lembaran adonan dibagi
menjadi 6 sisir untuk produk “Migelas”. Jumlah untain mie “Migelas”
masing-masing line berbeda. Untain mie tiap line berbeda dikarenakan mesin yang
dipakai pada tiap line memiliki spesifikasi berbeda-beda. Dalam pembentukan untain mie dapat menghasilkan
untaian mie yang kurang bagus, maka dari itu diperlukan dilakukan pengecekan
terhadap slitter atau mungkin
melakukan penggantian slitter.
5. Steaming
Lembaran mie yang sudah menjadi untaian mie kemudiam
dilanjutkan dengan proses steaming.
Pada proses steaming, yang perlu
diperhatikan adalah tekanan dan waktu steaming.
Tekanan yang digunakan pada proses
steaming adalah 0,15-0,5 km/cm2
dan waktu yang steaming berkisar
2-3,5 menit untuk produk “Migelas”. Pada proses ini berfungsi untuk membuat mie menjadi
matang dan menyebabkan terjadinya gelatinisasi. Proses gelatinisasi dapat
meningkatka volume pada mie dan membuat ikatan pada mie menjadi kuat sehingga
tidak mudah putus. Permasalahan yang sering terjadi adalah mie menjadi terlalu
matang atau mie mentah. Mie yang terlalu matang atau mentah dapat di recycle
dan digunakan kembali pada proses produksi selanjutnya dengan mencampurkan
hasil recycle pada proses mixing.
6. Cutting
Setelah terbentuk untain mie, maka
mie tersebut dipotong dengan menggunakan mesin cutting dan dicetak. Pada saat
cutting, kecepatan mesin harus dikontrol yaitu pada kecepatan 79-80
agar mie yang dihasilkan
sesuai dengan standar. Berat mie basah juga harus dikontrol yaitu berkisar 31-34 gram
untuk produk “Migelas”.
Pada mesin cutting terdapat 12 cetakan mie yang berbentuk lingkaran
untuk cetakan produk “Migelas”.
7. Frying
Mie yang sudah dicetak akan menuju proses selanjutnya
yaitu frying. Proses frying berlangsung selama 2-3,5 menit dengan menggunakan suhu awal (T1) 142o
-160o C dan suhu akhir (T2) 152o – 160o C.
kapasitas minyak yang digunakan untuk penggorengan adalah 2500 liter. Agar
minyak yang digunakan tidak mudah rusak maka dilakukan penambahan TBHQ. Minyak
yang digunakan untuk menggoreng pasti akan berkurang jika digunakan
terus-menerus. Penambahan minyak dilakukan setiap 1 jam sebanyak ±100 liter. Untuk
menghasilkan produk yang berkualitas baik, penggunaan minyak untuk menggoreng
sangat perlu diperhatikan. Area frying
dihubungkan dengan 3 tangki minyak yaitu minyak bisa pakai, minyak baru, dan
minyak rusak/ rejeck. Pemilihan minyak ditentukan berdasarkan nilai PV dan FFA
(free fatty acid). Nilai PV max. 0,5%
dan nilai FFA max. 10%. Proses frying sangat diperlukan karena berfungsi untuk
membunuh mikroba dan menurunkan kadar air pada mie sehingga mie dapat bertahan
selama 9 bulan. Permasalahan yang mungkin terjadi dalam proses ini adalah
terjadi kontaminasi pada mie dan temperatur yang digunakan untuk menggoreng
terlalu tinggi atau terlalu rendah sehingga tidak sesuai dengan standar.
8. Cooling
Mie blok yang sudah mengalami proses
frying kemudian didinginkan dengan menggunakan mesin cooling.Pada proses ini
alat yang digunakan adalah fan atau blower. Pada proses ini dilakukan pengecekan terhadap berat
mie yaitu 22,5-23,5 gram untuk produk “Migelas”. Proses cooling
berfungsi untuk mendinginkan mie blok sebelum dilakukan pengemasan sehingga
mikroorganisme tidak tumbuh pada produk. Mie blok yang sudah dilakukan proses cooling akan melewati metal detector yang berfungsi untuk
menghindari produk dari bahan logam yang berbahaya.
9. Packing
Untuk pengemasan “Migelas” menggunakan pengemas yang
bernama cello. Ada 3 jenis cello, yaitu inner, outer, dan cello bumbu. Cello inner berfungsi untuk mengemas mie blok. Cello outer berfungsi untuk membungkus “Migelas” dalam kemasan bag.
Cello bumbu berfungsi untuk
membungkus bumbu untuk “Migelas”. Cello yang dikirim oleh supplier akan dicek terlebih dahulu sebelum masuk ke gudang PT
Dellifood Sentosa Corpindo. Setiap supplier
memiliki CoA yang sudah sesuai dengan standar PT Dellifood Sentosa
Corpindo. Pengawasan mutu yang dilakukan untuk cello antara lain berat cello,
keadaan fisik cello, berbau atau
tidak, warna, ketebalan, dan bonding
cello. Cello yang sudah melalui
pengawasan mutu akan digunakan sebagai pengemas “Migelas”. Sebelum dikemas,
dilakukan pengawasan terhadap mie blok agar mie blok yang dikemas tidak
mengalami kerusakan seperti mie blok masih basah, terlalu coklat, dan keutuhan
mie blok. Bumbu yang yang digunakan untuk “Migelas” langsung dimasukkan kedalam
kemasan “Migelas” karena bumbu sudah dikemas dalam kemasan sachet. Bumbu “Migelas” yang akan dikemas perlu dilakukan pengawasan
karena mungkin saja dalam sachet tidak
berisi bumbu. “Migelas” yang sudah dikemas akan diberi kodifikasi. Dalam satu
kemasan “Migelas” berisikan satu mie blok dan 1 sachet bumbu.
“Migelas” yang
sudah dikemas kemudian dimasukkan kedalam kardus. Satu kardus terdiri dari 12
renceng yang setiap renceng berisi 10pcs “Migelas”. Pada karton juga terdapat kodifikasi. Proses
pengartonan menggunakan lakban
10. Pengawasan
Mutu Finish Good
PT Dellifood Sentosa Corpindo juga menerapkan uji
panel yang dilakukan oleh bagian QC maupun karyawan lain yang sudah lulus uji
panel. Uji panel dilakukan setiap hari dengan mengambil 2 sampel untuk setiap
variant. QC juga melakukan pengecekan
pada kemasan “Migelas”. Kualitas hasil packaging
dicek dengan menggunakan vakum untuk mengetahui terjadi kebocoran atau tidak
pada kemasan. Pengecekan ensile, longsiler, porporasi, dan kekuatan
rencengan juga perlu dilakukan. Selain itu, kodifikasi yang tertera pada kemasan
juga sangat penting.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar